Fenomena
KTI
Apa yang ada di benak setiap
mahasiswa jika memasuki semester akhir ? hampir semua dipastikan akan menjawab
sama, tugas akhir ! bagi mahasiswa Diploma III Analis Kesehatan namanya Karya
Tulis Ilmiah (KTI). Ini adalah mata kuliah wajibdan penting, saking pentingnya
sampai sampai mahasiswa dipaksa dapat B, kalau kurang dipaksa mengulang.
Ya, bisa dikatakan ini adalah mimpi
buruk atau bagi tiap mahasiswa, makan tak akan nikmat sebelum ketemu si judul,
kantin pun sepi, berat badan menurun, wajah pucat, kadar Hb di bawah normal,
rambut kusam. Lupa mandi, lupa ibadah, tapi status online terus. Masuk kelas
seakan warung kopi karena semua menggosipkan judul, yang sudah ketemu
sumringah, yang belum makin stress melihat temannya bahagia di atas deritanya.
Maka facebook dan twitter pun penuh oleh keluhan, makin dikomen makin
kepanasan.
Lain lagi fenomena perpustakaan.
Biasanya buku tamu hanya terisi 1 orang per hari, jadi 1 lembar per hari. KTI
kakak tingkat yang biasanya membosankan tiba-tiba jadi rebutan. Sampul buku
yang setahun licin mengkilat jadi lusuh karena laris dipinjam. Yang lengang
seperti kuburan jadi ramai seperti pameran. Fotokopi kebanjiran pesanan.
Ada-ada saja di musim KTI ini. Tak ada satu mata kuliah pun yang bisa
menggerakkan mahasiswa segiat KTI, bahkan dosen terganas sekalipun tak mampu
memaksa mahasiswa betah di perpustakaan.
Ada lagi, jika kita bisa memantau
aktifitas pencarian di internet, maka pada musim KTI ini search engine Google
akan sering diminta mencari kata kunci “jurnal”, “pengaruh daun jambu”, “kadar
Hb”, “Glukosa”, “asam urat”, “uji-t”, “Escherichia coli”, “efektifitas”, “daya
hambat”. Wah, serba ilmiah sekarang, beda dengan semester-semester kemarin yang
kata kuncinya berkisar “Wong Bin”, “7 Icons”, “Adobe Photoshop crack”, “cara
hacking Facebook” dan dunia gaul lainnya.
Kita memang terbiasa dengan pola
dipaksa. Lihat saja laporan praktikum, diberi waktu seminggu belum selesai,
tapi jika pagi hari terakhirnya diberi tahu nilai akan dikurang maka sejam
berikutnya sudah ada di meja dosen, lengkap dengan gambar warna-warni dan
tulisan yang bukan tulisan sendiri, lebih mirip tulisan adik tingkatnya. Di
satu sudut teman wanitanya menangis kehilangan buku laporan yang siap dikumpul
hari ini, padahal sudah rampung jauh-jauh hari dan tulisannya orisinil. Seperti
inikah cara atau motivasi kita menyelesaikan sesuatu ? mengapa kita
memposisikan diri sebagai makhluk yang akan bekerja dan kreatif hanya pada saat
terpaksa ?
Kembali ke fenomena, tidak semua
mahasiswa terjebak dengan keganjilan ini. Banyak yang sudah mempersiapkan
KTI-nya sejak lama, paling tidak judul sudah disiapkan. Tapi yah, dasar kompak,
sibuknya juga sama-sama mepet. Ketika tenggat waktu judul harus diterima paling
lambat besok jam 12, bertepatan dengan mobil jemputannya si dosen datang yang
artinya bertepatan juga dengan jam pulang dosen panitia,. Apa yang terjadi pada
sebagian, ketika judul belum juga muncul di kepala ? maka mulailah judul
improvisasi, sampai tidak masuk akal. Penelitian mencari beda kadar Hb pada
laki-laki dan wanita pun disodorkan, atau gambaran nilai glukosa darah pada
penderita DM.
Lalu, apa yang salah dengan contoh
judul penelitian di atas ? sekilas wajar saja. Tapi harus diingat, judul mesti
punya 2 manfaat, manfaat secara ilmiah dan manfaat secara aplikasi. Membedakan
kadar Hb pada laki-laki dan wanita sama dengan membedakan Hb pada manusia dan
primata lain, ya sudah jelas beda. Nilai normalnya saja sudah beda. Maka ketika
itu diteliti, lalu didapat rata-rata, lalu dicari bedanya lewat uji statistik,
lalu ketahuan ada perbedaan, lalu apa ? Ya memang sudah beda dari Yang Maha
Kuasa. Yang bermanfaat jika meneliti pada suatu populasi wanita, sebagian
diberi konsumsi sayur 2 porsi, sebagian 1 porsi, lalu pada beberapa waktu ke
depan diperiksa kadar Hb-nya, maka apakah ada perbedaan rata-ratanya. Ini bisa
menjawab dasar ilmiah bahwa si sayur memang bisa meningkatkan kadar Hb.
Penelitian semacam menilai kadar
glukosa darah pada penderita DM juga sama seperti mencari garam di laut. Jika
fanatik dengan glukosa, akan lebih baik jika penelitiannya tentang beda kadar
glukosa pada responden yang berpuasa dari subuh hingga magrib dengan responden
yang berpuasa dari jam 9 malam sampai besok paginya.
Lalu seperti apa judul yang tidak
bermanfaat secara aplikasi ? contoh fiktifnya seperti daya hambat daun anggrek
hitam terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Jika memang efektif
menghambat, apakah ini bisa diaplikasikan ? bisakah daun anggrek hitam jadi
prioritas ? bukankah masyarakat akan tetap memilih membeli obat diare di warung
yang cuma seharga 5000 rupiah. Apakah masyarakat mau susah-susah mencari
anggrek hitam, mencarinya dalam jumlah banyak ke dalam hutan, mengolahnya dan
meminumnya. Bisa-bisa diare sembuh tapi malaria akibat nyamuk hutan. Belum lagi
jika ada senyawa kimia yang justru beracun yang belum kita ketahui.
Memang aneh KTI ini, kadang
melumpuhkan logika, tapi kadang juga menajamkannya. Sesuatu yang tidak
terpikirkan di semester lalu tiba-tiba bisa detail kita menjabarkannya.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa membuka wawasan tentang KTI. Jangan sampai
begitu sidang proposal ditanya tentang hubungan kolesterol dan glukosa dengan
DM kita menjawab dengan lantang, tapi begitu ditanya apa itu glukosa ? wajah
jadi pucat, bedak luntur karena keringat,garuk-garuk, gagap, tremor, lidah
kelu, buka buku sana sini, duduk salah berdiri salah, AC dan kipas angin terasa
kurang, buyar semua bekal tadi malam. Ayo, apa itu glukosa ?. Lebih parah lagi,
apa judul KTI anda ? kok masih saja lihat ke cover.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar