KUALIFIKASI PENELITI, METODE ILMIAH DAN DESAIN ATAU
METODE PENELITIAN
1. Kualifikasi Peneliti
Penelitian
yang efektif tidak dapat terjadi seenaknya saja, tetapi ia harus didukung
dengan faktor-faktor penunjang serta sarana dan prasaran yang cukup. Disamping
faktor peneliti sendiri, ada faktor lingkungan yang turut mempengaruhi. Contoh
nyatanya ya ketika perang dunia kedua banyak peneliti yang tidak bisa
meneruskan riset mereka karena lingkungannya jelas tidak memungkinkan untuk
itu, bahkan untuk keselamatan mereka sendiri.
Kualifikasi
peneliti harus didasarkan pada intelegensia, kekuatan bekerja serta sifat jujur
dan rajin. Menurut Whitney(1960) ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh
peneliti, yaitu :
·
Daya nalar, seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi
yaitu dengan adanya kemampuan memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik
secara induktif maupun secara deduktif.
·
Orisinalitas, peneliti harus mempunyai daya hayal ilmiah dan harus
kreatif. Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang berencana serta harus
subur dengan ide-ide yang rasional dan menghindari plagiat.
·
Daya ingat, seorang peneliti harus memiliki daya ingat yang kuat,
selalu ekstensif dan logis. Dapat dengan sigap melayani serta menguasai
fakta-fakta.
·
Kewaspadaan, seorang peneliti harus secara cepat dapat melakukan
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada suatu variabel atau atas suatu
fenomena. Ia harus sigap dan mempunyai intaian yang tajam, serta responsive
terhadap perubahan atau kelainan.
·
Akurat, seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan
serta tingkat perhitungan yang akurat, tajam, serta beraturan.
·
Konsentrasi, seorang peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi
yang tinggi, kemauan yang keras, serta tidak cepat muak.
·
Dapat bekerja sama, peneliti harus mempunyai sifat yang kooperatif, dapat
bekerja sama dengan siapapun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman secara
intelektual, dan dapat bekerja secara team-work.
·
Kesehatan, seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun fisik.
Peneliti harus stabil, sabar, dan penuh vitalitas.
·
Semangat, kesehatan si peneliti harus ditunjang pula dengan
semangat untuk meneliti.
·
Pandangan Moral, seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual,
mempunyai moral yang tinggi, beriman dan dapat dipercaya. Peneliti harus
mempunyai kreativitas serta hasrat yang tinggi.
2. Metode Ilmiah
Metode
ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan
pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena
alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Metode
ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu/pengetahuan ilmiah
(Senn,1971:4-6). Epistemoligi (filsafat pengetahuan) merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat. Dengan demikian, metode ilmiah
merupakan epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh kajian
yang benar.
Penelitian
ilmiah berfokus pada metode yang kokoh untuk mengidentifikasi permasalahan,
mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan yang valid.
Penelitian ilmiah bersifat lebih obyektif karena tidak berdasarkan pada
perasaan, pengalaman dan intuisi peneliti semata yang bersifat subyektif.
Penelitian ilmiah melibatkan theory
construction dan theory verification.
Kontruksi teori merupakan suatu proses untuk membentuk struktur dan kerangka
teori yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu hipotesis yang relevan
dengan struktur teorinya. Selanjutnya dengan menggunakan fakta, maka hipotesis
tersebut diuji secara empiris. Meskipun tidak ada konsensus tentang urutan
dalam metode ilmiah, metode ilmiah umumnya memiliki beberapa karakteristik umum
sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993: 37; Sekaran, 1992, 2003):
·
Kritis dan analitis: mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk
mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.
·
Logis: merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan
rasional diturunkan dari bukti yang ada.
· Testabiity: penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan
pengujian statistik yang menggunakan data yang dikumpulkan.
·
Obyektif: hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama
apabila studi yang sama dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil penelitian
dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
·
Konseptual dan
Teoretis: ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu
struktur konsep dan teoretis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
·
Empiris: metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas.
·
Sistematis: mengandung arti suatu prosedur yang cermat. Suatu
penelitian dikatakan penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria berikut
(Sekaran, 1992, 2003); Indriantoro & Supomo, 1999: 14-15).
·
Menyatakan tujuan
secara jelas.
·
Rigor (kokoh):
penelitian ilmiah menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati
(prudent) dengan keakurasian yang tinggi.
Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan
dari penelitian ilmiah.
·
Menggunakan
landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan.
·
Mengembangkan
hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan
data.
·
Mempunyai kemampuan
untuk diuji ulang (replikasi).
·
Memilih data dengan
presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang sempurna
dan ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat diterima umum.
Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian menurun.
Desain penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga hasil penelitian dapat
dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat probabilitas keyakinan
(confidence) yang tinggi.
·
Menarik kesimpulan
dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan
konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti.
·
Melaporkan hasilnya
secara parsimony (simpel), yaitu penelitian ilmiah mempunyai kemudahan di dalam
menjelaskan hasil penelitiannya.
·
Temuan penelitian
dapat digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan
hasil yang konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda.
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang
harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project). Secara
umum metode ilmiah meliputi langkah-langkah berikut:
1. Observasi Awal
Setelah
topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama untuk
melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan
informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui
pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang
sesuai.
·
Gunakan semua
referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview, dll.
·
Kumpulkan informasi
dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur, dll.
·
Lakukan eksplorasi
lain yang berhubungan dengan topik.
2.
Mengidentifikasi Masalah
Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang
harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu
pertanyaan dengan jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak.
Sebagai contoh: Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?
·
Batasi permasalahan
seperlunya agar tidak terlalu luas.
·
Pilih permasalahan
yang penting dan menarik untuk diteliti.
·
Pilih permasalahan
yang dapat diselesaikan secara eksperimen.
3.
Merumuskan atau Menyatakan Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan
sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah.
Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang seksama atas topik
proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih
lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil
pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang
dilakukan salah.
·
Gunakan pengalaman
atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis
·
Rumuskan hipotesis
sebelum memulai proyek eksperimen
4. Melakukan
Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang
berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan
pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
Varibel bebas merupakan variabel yang dapat
diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang
perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel
yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
·
Usahakan hanya satu
variabel bebas selama eksperimen.
·
Pertahankan kondisi
yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.
·
Lakukan eksperimen
berulang kali untuk memvariasi hasil.
·
Catat hasil
eksperimen secara lengkap dan seksama.
5. Menyimpulkan
Hasil Eksperimen
Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil
proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil eksperimen
dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan
hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri
dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih lanjut.
·
Jika hasil
eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:
·
Jangan ubah
hipotesis
·
jangan abaikan
hasil eksperimen
·
Berikan alasan yang
masuk akal mengapa tidak sesuai
·
Berikan cara-cara
yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
·
Bila cukup waktu
lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
3. Desain/ Metode
Penelitian
Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan perpaduan antara kepustakaan dan
revisi, dimana suatu keputusan yang diambil selalu diiringi dengan pengaruh
adanya keseimbangan dalam proses. Dari yang kita ketahui tiap keputusan harus
disandarkan kepada metode ilmiah, tetapi menterjemahkan keputusan tersebut
dalam suatau prosedur operasional yang khas memerlukan seni dan ketrampilan.
Desain yang ideal sekurang-kurnagnya harus mempunyai cirri-ciri berikut ini
(Suchman, 1967) :
1.
Dibentuk
berdasarkan metode ilmiah
2.
Dapat dilaksanakan
dengan data dan teknik yang ada
3.
Cocok untuk tujuan
penelitian, dalam artian harus menjamin validitas penemuan untuk memecahkan
masalah
4.
Harus ada
orginalitas dalam membuat desain yang inventif sifatnya.
5.
Ada keindahan dalam
desain, dalam artian bahwa sesain tersebut seimbang.
6.
Desain harus cocok
dengan biaya penelitian, dan dengan kemampuan sumber manusia.
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Adapun macam-macam desain penelitian,
yaitu:
1. Desain dalam merencanakan
penelitian
Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk
melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam
pengujian hipotesa maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian
yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional
penelitian secara praktis. Keputusan yang diambil harus merupakan kompromi
antara penggunaan metode ilimiah yang sangat sukar dan kondisi sumber yang
tersedia.
2. Desain pelaksanaan
penelitian
Desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variable,
memilih posedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian
membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan,termasuk juga proses
analisa data serta membuat laporan. Dalam pelaksanaan penelitian termasuk juga
proses analisa data serta membuat pelaporan. Oleh Suchman (1967) desain dalam
pelasksanaan penelitian dibagi atas 3 yaitu :
·
Desain sampel
Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional
penelitian amat tergantung dari pandangan efisiensi, yaitu :
a. Mendefinisikan populasi
b. Menentukan besarnya sampel
c. Menentukan sampel yang
representatif
·
Desain alat
(Instrumen)
Yang dimaksud dengan alat disini adalah alat untuk
mengumpulkan data. Desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat
menentukan dalam pengujian hipotesa. Alat yang digunakan dapat sangat
berstruktur (check list dari kuesioner), kurang berstruktur (interview guide), ataupun
suatu outline biasa di dalam mencatat pengamatan langsung.
·
Desain analisa
Dalam desain analisa, maka diperlukan alat-alat yang
digunakan untuk membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai
dengan keperluan analisa harus dipilih sebaik-baiknya.
Jenis-jenis Desain Penelitian
Mc Grath (1970) membagi desain penelitian atas lima, yaitu
percobaan dengan kontrol, studi, survey, investigasi, dan penelitian tindakan.
Sedangkan Barnes (1964) membagi desain penelitian atas :
1) Studi “Sebelum-sesudah” dengan kelompok
kontrol
2) Studi “Sesudah Saja” dengan kelompok
kontrol
3) Studi “Sebelum-sesudah” dengan satu
kelompok
4) Studi “Sesudah Saja” tanpa kontrol dan,
5) Percobaan ex post facto.
Sedangkan Selletiz, et al. (1964)
membagi desain penelitian atas tiga yaitu :
1. Desain untuk studi eksploratif dan
formulatif
2. Desain untuk studi deskreptif
3. Desain untuk studi menguji hipotesa
kausal
Shah (1972) mencoba membagi
desain penelitian atas 6 jenis yaitu :
a. Desain untuk penelitian yang ada kontrol
b. Desain untuk studi lapangan desai untuk
studi dengan dimensi waktu
c. Desain untuk studi evaluatif nonevaluatif
d. Desain dengan menggunakan data primer
atau sumber data sekunder
·
Desain Penelitian yang ada Kontrol
Desain penelitian ini adalah desain percobaan atau desain
bukan percobaan. Kedua desain tersebut mempuyai kontrol. Dalam desain
percobaan, beberapa variabel dikontrol dan beberapa merupakan kontrol.
·
Desain Penelitian Deskriptif-Analisis
Penelitian yang noneksperimental dapat dibagi atas peneltian
Deskreptif dan Penelitian analitis. Penelitian Deskreptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan
interpretasi yang tepat. Dalam desain studi deskreptif yang berkehendak hanya
untuk mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi
deskriptif juga termasuk :
a.
Studi untuk
melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau
individu.
b.
Studi untuk menentukan
frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk memininilaisasi bias dan memaksimumkan
realibilitas
Desain studi analisa lebih banyak dibatasi oleh
keperluan-keperluan pengukuran, dan menghendaki suatu desain yang menggunakan
model seperti pada desain percobaan. Sesuai dengan metode penelitian, maka
desain deskriptif dan analisa dapat dibagi
pula atas tiga, yaitu : desain studi historis, desain studi kasus dan
desain surve. Seperti sudah dijelaskan, metode penelitian sejarah mencakup
empat aspek yaitu ; historis, menguji secara kritis asal dan keaslian sumber
sejarah serta validitas dari isi sumber tersebut memberikan interpretasi dan
pengelompokan dari fakta-fakta serta hubungannya dan formulasi serta
melukisakan hasil penemuan (Gee, 1950)
·
Desain Penelitian
Lapangan atau Bukan
Desain percobaan dapat dilihat dari sudut apakah penelitian
tersebut merupakan setting dengan menggunakan lapangan atau tidak. Desain
penelitian sejarah, misalnya kurang menggunakan penelitian lapangan, karena
banyak kerja penelitian dilakukan untuk mendapatkan dokumen-dokumen di museum,
perpustakaan dan sebagainya.
·
Desain Penelitian
dalam hubungan dengan waktu
Dalam Hubungannya dengan waktu serta pengulangan penelitian,
maka penelitian percobaan dan penelitian dengan menggunakan metode sejarah
memakai desain di mana penyelidikan dilakukan dalam suatu interval waktu
tertentu.
·
Desain dengan Tujuan Evaluatif atau Bukan
Suchman (1967) memberi definisi penelitian evaluasi sebagai
penentuan (apakah berdasarkan opini, catatan, data subjek atau obyek) hasil
(apakah baik atau tidak naik, sementara atau permanen, segera ataupun ditunda)
yang diperoleh dengan beberapa kegiatan (suatu program, sebagian dari program, dan sebagainya) yang dibuat
untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau permormant.desain penelitian
evaluatif harus selalu mengenai perubahan yang terjadi menurut waktu.
·
Desain Penelitian dengan Data
Primer/Sekunder
Sebagaian dari tujuan desain penelitian adalah untuk
memperoleh data yang relevan, dapat dipercaya, dan valid.
Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti
dalam melakukan penelitiannya, dalam desain antara lain harus ada :
a) Populasi sasaran
b) Metode sampling
c) Besar sampling
d) Prosedur pengumpulan data
e) Cara-cara menganalisis data setelah
terkumpul
f) Perlu tidaknya statistik
g) Cara mengambil penelitian
Desain menentukan batas-batas penelitian yang bertalian
dengan tujuan. Desain selalu berhubungan erat dengan tujuan. Dengan tujuan yang
jelas dapat pula disusun suatu desain yang menentukan batas-batas penelitian
yang tegas, sehingga perhatian dan usahanya ke arah tujuan yang nyata secara
lebih efektif.
Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang
apa yang harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan
yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh para peneliti lain.
Bentuk-bentuk desain penelitian
:
i.
Desain Survey
:Suatu penelitian survey atau survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi
tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil
dari populasi itu. Survey dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat
eksploratif, deskriptif, maupuan eksperimental
ii.
Desain Case Study
adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial
termasuk msnusia di dalamnya.
iii.
Desain Eksperimen
Kesimpulan dari Desain
Penelitian yaitu mempunyai kegunaan :
·
Memberi pegangan
tentang cara pelaksanaan penelitian.
·
Menentukan
batas-batas peneltitian.
·
Memberi gambaran
tentang apa yang akan dilakukan serta kesulitan yang akan dihadapi.
Metode Penelitian
Metode penelitian dikelompokan sesuai dengan tujuan
pengelompokannya. Natsir (1988) mengelompokannya menjadi lima kelompok, yaitu:
a). Metode sejarah
Penelitian dengan menggunakan metode sejarah merupakan
penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan-perkembangan
serta pengalaman dimasa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati
tentang bukti validitas dan sumber sejarah serta interupsi dari sumber-sumber
keterangan tersebut.
b). Metode deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dan
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun tujuan dari penelitian
deskrpitif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematik faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan-hubungan antara fenomena yang diteliti.
c). Metode Eksperimental
Eksperimental adalah suatu observasi dibawah kondisi buatan,
dimana kondisi tersebut sengaja dibuat dan diatur oleh peneliti. Dengan
demikian penelitian eksperimental ialah penelitian yang dilakukan dengan
memanipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
d). Metode Grounded Research
Grounded Research adalah suatu metode penelitian yang
didasarkan kepada fakta dan menggunakan analisa perbandingan, bertujuan untuk
mengadakan generasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan
mengembangkan teori serta analisa data yang berjalan pada saat bersamaan.
e). Metode Penelitian Tindakan
Metode penelitian tindakan ialah suatu penelitian yang
berkembang bersama-sama antara peneliti dan pengambil keputusan tentang
variabel-variabel yang dimanipulasi dan dapat segera digunakan untuk menentukan
kebijakan dan pembangunan. Peneliti dan pengambil keputusan bersama-sama
menentukan masalah, membuat desain serta melakukan program-programnya.
Metode Penelitian akan memberi gambaran atas
1.
Bagaimana suatu
Riset akan dilaksanakan; atau Bagaimana melanjutkan suatu riset yang pernah
ada.
2.
Pertanyaan dan
tujuan/objektif
3.
Teknik atau
instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
4.
Jenis data yang
akan dikumpulkan
5.
Bagaimana cara yang
akan digunakan peneliti untuk menganalisa data
6.
Kesimpulan yang
dapat diperoleh
Penelitian
merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara
terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
Penelitian
dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk
ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan
dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas
tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan
lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria,
antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah
penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya
maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar
biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan
diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang
terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas
ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara
eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan
penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel
yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah
Setelah
menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun
informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya
menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang
jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran
penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan
yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan
yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain
dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga
mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah
dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk
konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian
diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat
antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai
peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah
penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan
penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua
penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
Penelitian
dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian
tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan
informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat
menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka
dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitian
Rancangan
penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian.
Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik
penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian.
Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
Data
penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau
pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan
fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
Data
yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara
sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah
ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan
mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang
diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan
atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk
hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi
untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
Setiap
kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang
dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti
untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis
menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan
dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan
model yang digunakan.