Selasa, 19 November 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN (IKM)

“Health is not everything but without health everything is nothing”

Slogan di atas sangatlah tepat sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari, karena bertapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yng semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum  makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.
Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan (Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan langsung tunai (BLT), Wajib belajar dan ain-lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan melaksanakan akreditasi rumah sakit. 
Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.
Sumber: Hendrick L. Blumm;dengan bukunya The Environment of Health.

Senin, 18 November 2013

Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan Demam

Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan Demam

1. Apakah demam itu?
  • Demam merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap infeksi atau masuknya benda asing ke dalam tubuh.
  • Demam merupakan salah satu gejala penyakit, jadi harus diketahui penyakit yang mengakibatkan demam untuk menentukan pengobatannya.
  • Gejala-gejala lain yang mengikuti demam: sakit kepala, mual-muntah, nyeri otot, dehidrasi dsb

2. Berapakah suhu tubuh yang termasuk demam?
  • Pengukuran demam dilakukan dengan Termometer yang dipasang di ketiak ataupun dubur.
  • Temperatur Normal : 36o - 37,4o C
  • Sub Febris : 37,5o - 38,4o C
  • Febris/Panas    : > 38,5o C

3. Penyakit-penyakit apa yang sering berkaitan dengan demam?
  • Demam Berdarah Dengue (DHF)
  • Tifus
  • Malaria
  • Infeksi Saluran Kencing dsb

Demam hanyalah gejala suatu penyakit. Karena sulit mendiagnosa penyebab demam tersebut, biasanya dilakukan pemeriksaan darah pada hari ketiga untuk mengetahuinya.





DEMAM  BERDARAH DENGUE

  • Penyebab: Virus Dengue
  • Penularan: Nyamuk Aedes Aegypty

  • Gejala: Menurut Kriteria WHO
  1.  Panas dengan onset (waktu kejadian) yang akut, tinggi, dan menetap 2-7 hari
  2.  Manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif
  3.  Hepatomegali
  4.  Syok dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah dengan  tekanan nadi yang sempit (20 mmhg atau kurang), atau adanya hipotensi, akral dingin (gelisah)
  5.  Kriteria LAB:
             Trombosit  ≤  100.000
 Hemokonsentrasi : terdapat kenaikan hct/pcv ≥ 20% pada masa akut dengan  masa penyembuhan

1. Apakah digigit nyamuk yang membawa Virus Dengue selalu menjadi demam berdarah?
  • Apabila kita terinfeksi oleh Virus Dengue akan mengakibatkan:
  1. Asimptomatis/tidak ada gejala apa-apa
  2. Demam tidak spesifik
  3. Demam Dengue/ Infeksi primer
  4. Demam Berdarah Dengue/Infeksi sekunder

Perlu diketahui bahwasannya Demam Dengue yang merupakan infeksi primer (digigit nyamuk yang membawa virus Dengue yang pertama) biasanya tidak menyebabkan syok sampai meninggalnya penderita. Baru pada Demam Berdarah Dengue yang merupakan infeksi sekunder (digigit yang ke dua oleh nyamuk yang membawa virus Dengue) bisa mengakibatkan syok sampai meninggalnya penderita tesebut. Oleh karena itu Klinisi/dokter sangat membutuhkan pemeriksaan untuk mengetahui apakah kasus Demam Dengue (DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) pada penderita tsb.

2. Pemeriksaan Lab apakah yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa Penyakit Demam Berdarah?
-Hematology Lengkap/DL
-Ig G dan Ig M DHF
-NS1 Antigen

3. Apa yang diharapkan  pada pemeriksaan Hematology Lengkap untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah?
-Nilai Thrombosit Menurun/ Thrombositopenia (< 150.000 )
-Hemokonsentrasi (Hct/Pcv) meningkat
-Nilai Lekosit menurun/Lekopeni

4. Pemeriksaan Ig G dan Ig M DHF
Ada 2 cara pengujian  terhadap pemeriksaan Ig G dan Ig M DHF yaitu:
1. Uji Elisa
2. Uji Immunokromatography (Rapid)


Uji Elisa Ig G dan Ig M DHF
Pada pengujian Elisa ini diagnosis DHF dapat dilihat dengan cara:
Membandingkan nilai Rasio IgM dengan IgG DHF.
Cut Off Point Ratio IgM / IgG Infeksi dengue primer-sekunder adalah 1,09

Rasio IgM/IgG > 1,09   InfeksiPrimer
          IgM/IgG £ 1,09   Infeksi Sekunder



Uji Immunokhromatography/ Rapid Ig G dan Ig M DHF 
Dengue rapid tes (Panbio Pty Ltd
Kelebihan pemeriksaan ini adalah cara pengerjaannya yang cepat, yaitu  sekitar 5-30 menit, walaupun kurang sensitive dibandingkan cara Elisa.

Interpretasi hasilnya adalah :
-Infeksi Primer  bila :  IgM +
                                     IgG  -
-Infeksi Sekunder  bila:  IgG + dengan IgM +/-


5. NS1 Antigen
       • Biasanya Positive pada hari 1-9
       • Sensitivitasnya pada Infeksi primer 93%, sedang pada Infeksi sekunder 73%, jadi Tes NS1 Ag yang negative tidak menyingkirkan    
          diagnosa Demam Berdarah
Penyakit Tifus/Typhoid
  • Penyebab : bakteri Salmonella typhi, Paratyphi A,B,C
  • Penularan :  Fecal-oral, yaitu melalui makanan/minuman yang terkontaminasi oleh Bakteri Salmonella Typhi

1. Apakah Gejala Penyakit Tifus?
  • Pada minggu pertama:
 keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi  pada umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak atau sulit buang air pada orang dewasa, suhu tubuh meningkat terutama sore dan malam hari.

  • Pada minggu ke dua:
 demam yang tinggi terus-menerus, nafas berbau tak sedap, bibir kering pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor, pembesaran hati dan limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Penderita nampak sakit berat, disertai gangguan kesadaran dari yang ringan, acuh tak acuh (apatis), sampai berat (koma).

    Komplikasi penyakit ini dapat mengakibatkan  perdarahan, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru) dan kelainan di otak.



2. Pemeriksaan Lab apa yang diperlukan untuk mendiagnosa penyakit Tifus?
  • Hematology Lengkap
  • UL
  • SGOT/SGPT
  • Widal
  • Ig M Salmonella /Tubex/IMBI
  • Biakan Kuman


3. Apa yang diharapkan dari pemeriksaan Hematology Lengkap untuk mendukung diagnosa penyakit Tifus?
  • Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi.
  • Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.
  • Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
  • LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
  • Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

4. Apa yang diharapkan dari pemeriksaan Urine Lengkap untuk mendukung diagnosa penyakit Tifus?
  • Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
  • Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.

5. Apa yang diharapkan dari pemeriksaan Fungsi Liver untuk mendukung diagnosa penyakit Tifus?
Fungsi Liver: SGOT dan SGPT
  • Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis Akut.

  1. Pemeriksaan Widal

Pemeriksaan Widal merupakan pemeriksaan yang banyak diminta oleh dokter untuk menegakkan diagnosa Tifus, meskipun tes ini banyak kelemahannya.
Merupakan penentuan kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12).
Pemeriksaan Widal memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi.

Pemeriksaan tunggal tes Widal kurang baik karena akan memberikan hasil positif bila terjadi :
  • Infeksi berulang karena bakteri Salmonella lainnya
  • Imunisasi penyakit tifus sebelumnya
  • Infeksi lainnya seperti malaria dan lain-lain
Hasil  Tes Widal dipengaruhi oleh :   
  • Stadium penyakit
  • Antibiotika yang diminum
  • Immunologis berbeda antara daerah endemis dan non endemis
  • Reaksi silang dengan antibodi kuman gram negative lainnya

Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya melakukan
interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid, akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi).
 Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada orang sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibodi O dan H pada orang-orang  sehat.
Nilai Cut Off  uji WIDAL secara nasional tidak ada.
Di RSUD Dr Soetomo Surabaya memakai nilai : Antigen O titer > 1/160 dan Antigen H titer > 1/160 untuk menyatakan hasil pemeriksaan tersebut bermakna.

  Tes Widal tidak dapat dipakai untuk menentukan kesembuhan penderita, jadi tidak berguna kalau penderita itu sudah tidak ada keluhan masih melakukan pemeriksaan widal untuk melihat sembuh maupun kambuhnya penyakit tsb karena:
*  Agl O : hilang dalam 6-12 bulan
*  Agl H : hilang dalam 2 tahun


  1. 6.     IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI ISOLASI / BIAKAN Gall Kultur

Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor.
Biakan darah terhadap Salmonella  tergantung dari saat pengambilan pada perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 40-80% atau 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50% pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai. Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama (10-15%) hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine positif setelah minggu pertama.
Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan penderita

7. Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM Dengan Metode IMBI/Tubex
  • Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM dengan reagen Tubex dilakukan untuk mendeteksi antibody terhadap antigen lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri Salmonella typhi.

Interpretasi Tes IMBI/Tubex
  • Nilai ≤ 2 Negative,Tidak menunjukkan infeksi demam tyfoid aktif
  • Nilai  3  Borderline,    Tidak dpt disimpulkan. Ulangi pengujian , jika meragukan lakukan sampling ulang bbrp hari kmd
  • Nilai 4-5 Positive        Infeksi demam tifoid aktif
  • Nilai ≥ 6                      Indikasi kuat infeksi demam tyfoid aktif


  Apa Kelebihan Pemeriksaan Anti Salmonella typhi IgM Dengan Metode IMBI?
  • Deteksi infeksi akut lebih dini dan sensitive, karena antibodi IgM muncul paling awal yaitu setelah 3-4 hari terjadinya demam (sensitivitas > 95%).
  • Lebih spesifik mendeteksi bakteri Salmonella typhi dibandingkan dengan pemeriksaan Widal, sehingga mampu membedakan secara tepat berbagai infeksi dengan gejala klinis demam (spesifisitas > 93%).
  • Memberikan diagnosis yang lebih pasti karena tidak hanya sekedar hasil positif dan negatif saja, tetapi juga dapat menentukan tingkat fase akut infeksi.
  • Diagnosis lebih cepat, sehingga keputusan pengobatan dapat segera diberikan.
  • Hanya memerlukan pemeriksaan tunggal dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan Widal serta sudah diuji di beberapa daerah endemic penyakit tifus.

8. PCR Salmonella
  • Pada cara ini dilakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.


MALARIA
  • Penyebab : parasit plasmodium
  • Penularan : melalui gigitan nyamuk Anopheles yang membawa parasit
  • Gejala Malaria :
menggigil, demam > 37,5 - 40 C (pola demam periodik berhubungan dengan tipe malaria), berkeringat, sering disertai sakit kepala, mual, muntah, kadang-kadang diare dan nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa, terdapat pembesaran limpa dan hati, dll

Apakah pemeriksaan Lab untuk menegakkan diagnosis Malaria?
  • ICT Malaria
  • Hapusan darah dan Tetes Tebal

ICT MALARIA
ICT Malaria ( ICT= tes imunokromatografi) dapat dipakai untuk:
Membedakan jenis Plasmodium dari penyakit malaria yang menginfeksi seperti Plasmodium falciparum yang dapat menjadi berat yaitu malaria serebral/otak hingga meninggal dunia atau jenis Plasmodium yang lain seperti Plasmodium vivax, ovale, malariae.

HAPUSAN MALARIA
  • Pemeriksaan ini untuk melihat jenis morfologi dari Plasmodiumnya, apakah bentuk cincin, trofosoit, sizont, gametosit yang penting untuk pengobatan pasien maupun untuk memperkirakan menular/tidak.

Sebenarnya banyak sekali penyakit-penyakit yang berhubungan dengan demam, tapi memang hanya ketiga penyakit ini yang penulis bahas karena pasien yang datang kebanyakan berhubungan dengan ketiga penyakit tsb diatas. Mudah-mudahan lain waktu akan penulis bahas.


Diagnosa Laboratorium DBD

 

Dengue adalah penyakit endemis yang ditimbulkan oleh virus dengue. Kejadian infeksi virus dengue lebih banyak terjadi di 100 negara tropis dan sub tropis, baik di Asia, Afrika, maupun beberapa wilayah di Amerika. Dan diperkirakan ada 2 milyar orang yang beresiko terinfeksi dengue.
Penularan atau transmisi virus dengue ada beberapa cara, yaitu :
1. Melalui gigitan nyamuk ke manusia dan sebaliknya. Hospes pembawanya adalah nyamuk Aedes aegypti yang kebanyakan ada di dalam rumah dan Aedes albopictus yang kebanyakan berada di luar rumah.
2. Ditularkan dari nyamuk betina pada telurnya.
3. Ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual.

Virus Dengue
Virus Dengue termasuk group B Arthopad borne virus (arbovirus) dan merupakan anggota famili Flaviviridae dengan genus Flavivirus yang di dalamnya termasuk Yellow Fever, West mile, dan Japanese Encephalitis. Enveloped, glycoprotein merupakan antigen utama, spherical. Sampai saat ini dikenal ada 4 jenis (serotipe) virus Dengue, yaitu DENV-1, DENV-1, DENV-3, dan DENV-4. Struktur antigen keempat serotipe ini sangat mirip satu sama lain, namun antibodi terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Virus Dengue ukurannya sangat kecil, diameternya sekitar 50 nm. Struktur morfologinya relatif sederhana. Terdiri dari 3 protein struktural yaitu protein E pada selubung luar, protein C pada kapsid dan M pada membran. Dan 7 protein non struktural yaitu NS1, NS2a, NS2b, NS3, NS4a, NS4b, NS5.

Infeksi Dengue
Infeksi Virus Dengue merupakan penyakit menular akut dengan gejala atau tidak terlihat gejala. Perjalanan Infeksi Virus Dengue dapat hanya sampai Demam Dengue (Dengue Fever), atau berlanjut beresiko menjadi Dengue Hemorragic Fever (DHF) atau biasa kita sebut Demam Berdarah dengue (DBD), Dengue Shock Syndrome (DSS), dan lebih lanjut menjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
Infeksi dengue terdiri dari infeksi primer dan infeksi sekunder. Infeksi dengue primer terjadi pada penderita yang baru pertama kali terinfeksi oleh salah satu dari 4 jenis virus Dengue. Biasanya terjadi pada anak-anak dan pelancong. Sedangkan infeksi dengue sekunder terjadi terutama di daerah endemik, baik pada anak maupun dewasa. Infeksi ulang ini disebabkan oleh jenis virus dengue yang berbeda, yang meningkatkan resiko penyakit. Infeksi primer membawa kekebalan selamanya terhadap 1 jenis virus dengue, tetapi hanya memberikan perlindungan sebagian atau sementara terhadap 3 jenis virus lainnya.
Gejala Klinik
Demam Dengue (Dengue Fever) ditandai dengan timbulnya demam yang disertai dengan sakit kepala, nyeri otot, dan sakit pada persendian. Sakit kepala bisa dirasakan sangat berat dan bisa disertai dengan rasa sakit pada bagian perut, mual, dan muntah.
Dengue Hemorragic Fever (DHF) / Demam Berdarah Dengue (DBD)
Terdiri dari beberapa tingkatan yaitu :
Grade I  : Ptechie (bintuk-bintik merah) dengan test rumple leed, trombosit menurun sampai di bawah 100.000, hematokrit naik sampai 20% lebih.
Grade II : Grade I disertai adanya perdarahan spontan.
Grade III : Terjadi kegagalan sirkulasi, tekanan denyut nadi <20 mmHg, dan hipotensi (tekanan darah rendah)
Grade IV : Shock, Kejang, tekanan darah dan denyut nadi tidak teraba.
DHF grade III dan IV dikenal dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) dan sering mengakibatkan kematian.

Pemeriksaan Laboratorium
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan sebagai konfirmasi dari diagnosis klinis yang telah dilakukan. Hasil pemeriksaan laboratorium akan membantu mendeteksi secara dini infeksi DBD agar dapat dilakukaan penanganan yaang cepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Pemeriksaan laboratorium ini diperiksa dari sampel/bahan darah.

Hematokrit
Virus Dengue mempunyai kemampuan memicu vasculopathy dengan adanya kebocoran plasma dan ini menjadi salah satu indikator derajat infeksi oleh virus. Hal ini ditunjukkan dengan hemokonsentrasi atau peningkatan Hematokrit 20% sampai lebih dibandingkan sebelum sakit. Pemeriksaan hematokrit secara berkala merupakan pemeriksaan laboratorium yang baik untuk mengetahui derajat kebocoran plasma dan sebagai pedoman pengobatan untuk menentukan kebutuhan cairan intravena. Hematokrit harus diperiksa minimal satu kali sejak hari ke-3 sakit sampai suhu normal kembali. Nilai normal hematokrit menurt Dacie&Lewis dewasa = 42 – 47%, infants (baru lahir) = 54%, dan 3 bulan – 12 tahun = 38 – 41%.

Trombosit
Pada infeksi dengue terjadi 2 perubahan utama pada trombosit, yaitu trombositopenia (penurunan jumlah trombosit) dan gangguan fungsi trombosit. Patogenesis terjadinya trombositopenia adalah ; 1. Berkurangnya produksi trombosit akibat supresi haemopoetic di sum-sum tulang. 2. Peningkatan pemakaian trombosit. 3. Terjadinya destruksi sebagai akibat interaksi antibodi virus dengue dan antigen virus dengue yang ada di permukaan trombosit. 4. Pada dinding endotel yang cidera akibat virus dengue, akan terjadi interaksi antara trombosit dengan kolagen sub endotel sehingga terjadi agregasi dan lisis trombosit. Adapun disfungsi trombosit terjadi karena adanya degranulasi trombosit sehingga tidak tersedianya ADP. Dari penelitian dikatakan bahwa trombosit di peredaran darah terstimulasi dan mengalami “kelelahan” (exhausted) sehingga tidak berfungsi secara normal. Penurunan fungsi trombosit ini diduga menybabkan perdarahan pada DBD meskipun jumlah trombosit masih diatas 100.000 mm3. Nilai normal jumlah trombosit adalah 150.000 – 400.000 sel/mm3 darah.

Leukosit
Pada awalnya leukosit normal, kemudian meningkat tajam dan seterusnya pada akhir serangan terjadi penurunan jumlah leukosit dan netrofil serta secara bersamaan didapaatkan atypical limfosit dan limfositosis. Jumlah leukosit kembali normal 2 – 3 hari setelah fase pemulihan. Nilai normal leukosit adalah 4.000 – 10.000 sel/mm3 darah.
Pemeriksaan secara imunoserologis tetap perlu dilakukan untuk menentukan diagnosis pasti dari penyakit. Banyak metode yang digunakan pada pemeriksaan imunoserologis seperti uji hambatan hemaglutinasi, uji dengue blot, uji fiksasi komplemen, dan uji netralisasi. Namun kali ini, kami akan memaparkan beberapa pemeriksaan imunoserologis yang sering dipakai.

Dengue Rapid IgM – IgG anti dengue
Uji ini digunakan untuk mencari adanya IgM atau IgG anti dengue untuk melihat derajat infeksi dengue (apakah infeksi primer, infeksi sekunder atau negatif dengue).
Pada infeksi primer, kadar tinggi IgM baru muncul 4 – 6 hari setelah demam dan bertahan sampai 10 minggu. Sedangkan IgG baru muncul 2 minggu setelah demam dan bertahan seumur hidup. Kadar IgM rendah pada infeksi sekunder dan kadarnya tak terdeksi pada sekitar 20% pasien, sedangkan IgG naik cepat 1 – 2 hari setelah timbulnya demam pada kadar lebih tinggi dari kadar pada infeksi primer. Oleh karena itu, hal ini menjadi kekurangan dari pemeriksaan ini, hal ini disebabkan infeksi dengue kemungkinan baru dapat terdeteksi setelah hari kelima demam, sedangkan masa kritis penderita dengue terjadi antara hari ke 4 sampai 6 setelah demam.

NS1 (deteksi antigen virus – RNA)
Diantara protein nonstruktural virus dengue, NS1 merupakan glikoprotein yang penting untuk replikasi virus dan terdapat di semua serotipe/jenis virus dengue. NS1 beredar di sirkulasi dan dapat ditemukan dalam serum penderita selama fase akut baik pada infeksi dengue primer maupun sekunder.

• Identifikasi Virus
Isolasi virus menggunakan kultur virus dengan mendeteksi asam nukleat dengan menggunakan RT-PCR. Namun pemeriksaan ini haarganya sangat mahal dan tidak semua laboratorium memiliki fasilitas untuk pemeriksaan ini.
Demikian info tentang Infeksi Dengue dan pemeriksaan screening-nya. Masih ada pemeriksaan laboratorium lainnya yang dilakukan seiring dengan perawatan yaang dijalani oleh penderita yang positif terinfeksi virus dengue, baik pada tahap DHF/DBD, DSS, maupun DIC untuk memantau fungsi organ tubuh lainnya yang berhubungan dengan dampak infeksi. Jika terdapat gejala-gejala klinis seperti yang telah kami sebutkan diatas, segera periksakan diri anda ke dokter atau rumah sakit terdekat dan segera lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan rujukan dokter. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Salam Cabogun! ;)

Minggu, 17 November 2013

KUALIFIKASI PENELITI, METODE ILMIAH DAN DESAIN ATAU METODE PENELITIAN (STATISTIK)


KUALIFIKASI PENELITI, METODE ILMIAH DAN DESAIN ATAU METODE PENELITIAN
1. Kualifikasi Peneliti
            Penelitian yang efektif tidak dapat terjadi seenaknya saja, tetapi ia harus didukung dengan faktor-faktor penunjang serta sarana dan prasaran yang cukup. Disamping faktor peneliti sendiri, ada faktor lingkungan yang turut mempengaruhi. Contoh nyatanya ya ketika perang dunia kedua banyak peneliti yang tidak bisa meneruskan riset mereka karena lingkungannya jelas tidak memungkinkan untuk itu, bahkan untuk keselamatan mereka sendiri.
            Kualifikasi peneliti harus didasarkan pada intelegensia, kekuatan bekerja serta sifat jujur dan rajin. Menurut Whitney(1960) ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh peneliti, yaitu :
·         Daya nalar, seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi yaitu dengan adanya kemampuan memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif maupun secara deduktif.
·         Orisinalitas, peneliti harus mempunyai daya hayal ilmiah dan harus kreatif. Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang berencana serta harus subur dengan ide-ide yang rasional dan menghindari plagiat.
·         Daya ingat, seorang peneliti harus memiliki daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis. Dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta-fakta.
·         Kewaspadaan, seorang peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada suatu variabel atau atas suatu fenomena. Ia harus sigap dan mempunyai intaian yang tajam, serta responsive terhadap perubahan atau kelainan.
·         Akurat, seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta tingkat perhitungan yang akurat, tajam, serta beraturan.
·         Konsentrasi, seorang peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi yang tinggi, kemauan yang keras, serta tidak cepat muak.
·         Dapat bekerja sama, peneliti harus mempunyai sifat yang kooperatif, dapat bekerja sama dengan siapapun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual, dan dapat bekerja secara team-work.
·         Kesehatan, seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun fisik. Peneliti harus stabil, sabar, dan penuh vitalitas.
·         Semangat, kesehatan si peneliti harus ditunjang pula dengan semangat untuk meneliti.
·         Pandangan Moral, seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual, mempunyai moral yang tinggi, beriman dan dapat dipercaya. Peneliti harus mempunyai kreativitas serta hasrat yang tinggi.
2. Metode Ilmiah
            Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
            Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut dengan ilmu/pengetahuan ilmiah (Senn,1971:4-6). Epistemoligi (filsafat pengetahuan) merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafat. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh kajian yang benar.  
            Penelitian ilmiah berfokus pada metode yang kokoh untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan yang valid. Penelitian ilmiah bersifat lebih obyektif karena tidak berdasarkan pada perasaan, pengalaman dan intuisi peneliti semata yang bersifat subyektif. Penelitian ilmiah melibatkan  theory construction dan  theory verification. Kontruksi teori merupakan suatu proses untuk membentuk struktur dan kerangka teori yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu hipotesis yang relevan dengan struktur teorinya. Selanjutnya dengan menggunakan fakta, maka hipotesis tersebut diuji secara empiris. Meskipun tidak ada konsensus tentang urutan dalam metode ilmiah, metode ilmiah umumnya memiliki beberapa karakteristik umum sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993: 37; Sekaran, 1992, 2003): 
·         Kritis dan analitis: mendorong suatu kepastian dan proses penelitian untuk mengidentifikasi masalah dan metode untuk mendapatkan solusinya.
·         Logis: merujuk pada metode dari argumentasi ilmiah. Kesimpulan rasional diturunkan dari bukti yang ada.
·    Testabiity: penelitian ilmiah harus dapat menguji hipotesis dengan pengujian statistik yang menggunakan data yang dikumpulkan.
·         Obyektif: hasil yang diperoleh ilmuwan yang lain akan sama apabila studi yang sama dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil penelitian dikatakan ilmiah apabila dapat dibuktikan kebenarannya.
·         Konseptual dan Teoretis: ilmu pengetahuan mengandung arti pengembangan suatu struktur konsep dan teoretis untuk menuntun dan mengarahkan upaya penelitian.
·         Empiris: metode ini pada prinsipnya berstandar pada realitas.
·         Sistematis: mengandung arti suatu prosedur yang cermat. Suatu penelitian dikatakan penelitian ilmiah yang baik jika memenuhi kriteria berikut (Sekaran, 1992, 2003); Indriantoro & Supomo, 1999: 14-15).
·         Menyatakan tujuan secara jelas.
·         Rigor (kokoh): penelitian ilmiah menunjukkan proses penelitian yang dilakukan secara hati-hati (prudent) dengan keakurasian yang tinggi.  Basis teori dan rancangan penelitian yang baik akan menambah kekokohan dari penelitian ilmiah. 
·         Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan.
·         Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah teoretis atau berdasarkan pengungkapan data.
·         Mempunyai kemampuan untuk diuji ulang (replikasi).
·         Memilih data dengan presisi sehingga hasilnya dapat dipercaya. Tidak ada penelitian yang sempurna dan ketepatannya tergantung pada keyakinan peneliti yang dapat diterima umum. Kesalahan pengukuran data dapat menyebabkan ketepatan penelitian menurun. Desain penelitian harus dilakukan dengan baik sehingga hasil penelitian dapat dekat dengan kenyataannya (precision) dengan tingkat probabilitas keyakinan (confidence) yang tinggi.
·         Menarik kesimpulan dilakukan secara obyektif. Hasil penelitian ilmiah akan memberikan hasil dan konklusi yang obyektif jika tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti.
·         Melaporkan hasilnya secara parsimony (simpel), yaitu penelitian ilmiah mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan hasil penelitiannya.
·         Temuan penelitian dapat digeneralisasi. Hasil penelitian ilmiah mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, obyek, dan situasi yang berbeda.
         Metode ilmiah merupakan suatu prosedur (urutan langkah) yang harus dilakukan untuk melakukan suatu proyek ilmiah (science project). Secara umum metode ilmiah meliputi langkah-langkah berikut:
1. Observasi Awal
                        Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama untuk melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal untuk mengumpulkan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik tersebut melalui pengalaman, berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang sesuai.
·         Gunakan semua referensi: buku, jurnal, majalah, koran, internet, interview, dll.
·         Kumpulkan informasi dari ahli: instruktur, peneliti, insinyur, dll.
·         Lakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.
2. Mengidentifikasi Masalah
                        Permasalahan merupakan pertanyaan ilmiah yang harus diselesaikan. Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan dengan jawaban berupa suatu pernyataan, bukan jawaban ya atau tidak. Sebagai contoh: Bagaimana cara menyimpan energi surya di rumah?
·         Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.
·         Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.
·         Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan secara eksperimen.
3. Merumuskan atau Menyatakan Hipotesis
                        Hipotesis merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang seksama atas topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang seksama. Yang perlu diingat, jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti penelitian yang dilakukan salah.
·         Gunakan pengalaman atau pengamatan lalu sebagai dasar hipotesis
·         Rumuskan hipotesis sebelum memulai proyek eksperimen
4. Melakukan Eksperimen
                        Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
                        Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
·         Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
·         Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan.
·         Lakukan eksperimen berulang kali untuk memvariasi hasil.
·         Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
5. Menyimpulkan Hasil Eksperimen
                        Kesimpulan proyek merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan, kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih lanjut.
·         Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:
·         Jangan ubah hipotesis
·         jangan abaikan hasil eksperimen
·         Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai
·         Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
·         Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
3. Desain/ Metode Penelitian
        
Desain Penelitian
         Desain penelitian merupakan perpaduan antara kepustakaan dan revisi, dimana suatu keputusan yang diambil selalu diiringi dengan pengaruh adanya keseimbangan dalam proses. Dari yang kita ketahui tiap keputusan harus disandarkan kepada metode ilmiah, tetapi menterjemahkan keputusan tersebut dalam suatau prosedur operasional yang khas memerlukan seni dan ketrampilan. Desain yang ideal sekurang-kurnagnya harus mempunyai cirri-ciri berikut ini (Suchman, 1967) :
1.      Dibentuk berdasarkan metode ilmiah
2.      Dapat dilaksanakan dengan data dan teknik yang ada
3.      Cocok untuk tujuan penelitian, dalam artian harus menjamin validitas penemuan untuk memecahkan masalah
4.      Harus ada orginalitas dalam membuat desain yang inventif sifatnya.
5.      Ada keindahan dalam desain, dalam artian bahwa sesain tersebut seimbang.
6.      Desain harus cocok dengan biaya penelitian, dan dengan kemampuan sumber manusia.
        Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Adapun macam-macam desain penelitian, yaitu:
1. Desain dalam merencanakan penelitian
        Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesa maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian secara praktis. Keputusan yang diambil harus merupakan kompromi antara penggunaan metode ilimiah yang sangat sukar dan kondisi sumber yang tersedia.         
2. Desain pelaksanaan penelitian
        Desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran-pengukuran variable, memilih posedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan,termasuk juga proses analisa data serta membuat laporan. Dalam pelaksanaan penelitian termasuk juga proses analisa data serta membuat pelaporan. Oleh Suchman (1967) desain dalam pelasksanaan penelitian dibagi atas 3 yaitu :
·         Desain sampel
             Desain sampel yang akan digunakan dalam operasional penelitian amat tergantung dari pandangan efisiensi, yaitu :
a. Mendefinisikan populasi
b. Menentukan besarnya sampel
c. Menentukan sampel yang representatif
·         Desain alat (Instrumen)
             Yang dimaksud dengan alat disini adalah alat untuk mengumpulkan data. Desain terhadap alat untuk mengumpulkan data sangat menentukan dalam pengujian hipotesa. Alat yang digunakan dapat sangat berstruktur (check list dari kuesioner), kurang berstruktur (interview guide), ataupun suatu outline biasa di dalam mencatat pengamatan langsung.
·         Desain analisa
             Dalam desain analisa, maka diperlukan alat-alat yang digunakan untuk membantu analisa. Penggunaan statistik yang tepat yang sesuai dengan keperluan analisa harus dipilih sebaik-baiknya.
Jenis-jenis Desain Penelitian
         Mc Grath (1970) membagi desain penelitian atas lima, yaitu percobaan dengan kontrol, studi, survey, investigasi, dan penelitian tindakan. Sedangkan Barnes (1964) membagi desain penelitian atas :
1)      Studi “Sebelum-sesudah” dengan kelompok kontrol
2)      Studi “Sesudah Saja” dengan kelompok kontrol
3)      Studi “Sebelum-sesudah” dengan satu kelompok
4)      Studi “Sesudah Saja” tanpa kontrol dan,
5)      Percobaan ex post facto.
Sedangkan Selletiz, et al. (1964) membagi desain penelitian atas tiga yaitu :
1.      Desain untuk studi eksploratif dan formulatif
2.      Desain untuk studi deskreptif
3.      Desain untuk studi menguji hipotesa kausal
Shah (1972) mencoba membagi desain penelitian atas 6 jenis yaitu :
a.      Desain untuk penelitian yang ada kontrol
b.      Desain untuk studi lapangan desai untuk studi dengan dimensi waktu
c.      Desain untuk studi evaluatif nonevaluatif
d.      Desain dengan menggunakan data primer atau sumber data sekunder
·             Desain Penelitian yang ada Kontrol
         Desain penelitian ini adalah desain percobaan atau desain bukan percobaan. Kedua desain tersebut mempuyai kontrol. Dalam desain percobaan, beberapa variabel dikontrol dan beberapa merupakan kontrol.
·             Desain Penelitian Deskriptif-Analisis
         Penelitian yang noneksperimental dapat dibagi atas peneltian Deskreptif dan Penelitian analitis. Penelitian Deskreptif  adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam desain studi deskreptif yang berkehendak hanya untuk mengenal fenomena-fenomena untuk keperluan studi selanjutnya. Dalam studi deskriptif juga termasuk :
a.       Studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu.
b.      Studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk memininilaisasi bias dan memaksimumkan realibilitas
         Desain studi analisa lebih banyak dibatasi oleh keperluan-keperluan pengukuran, dan menghendaki suatu desain yang menggunakan model seperti pada desain percobaan. Sesuai dengan metode penelitian, maka desain deskriptif dan analisa dapat dibagi  pula atas tiga, yaitu : desain studi historis, desain studi kasus dan desain surve. Seperti sudah dijelaskan, metode penelitian sejarah mencakup empat aspek yaitu ; historis, menguji secara kritis asal dan keaslian sumber sejarah serta validitas dari isi sumber tersebut memberikan interpretasi dan pengelompokan dari fakta-fakta serta hubungannya dan formulasi serta melukisakan hasil penemuan (Gee, 1950)
·         Desain Penelitian Lapangan atau Bukan
         Desain percobaan dapat dilihat dari sudut apakah penelitian tersebut merupakan setting dengan menggunakan lapangan atau tidak. Desain penelitian sejarah, misalnya kurang menggunakan penelitian lapangan, karena banyak kerja penelitian dilakukan untuk mendapatkan dokumen-dokumen di museum, perpustakaan dan sebagainya.
·         Desain Penelitian dalam hubungan dengan waktu
         Dalam Hubungannya dengan waktu serta pengulangan penelitian, maka penelitian percobaan dan penelitian dengan menggunakan metode sejarah memakai desain di mana penyelidikan dilakukan dalam suatu interval waktu tertentu.
·             Desain dengan Tujuan Evaluatif atau Bukan
         Suchman (1967) memberi definisi penelitian evaluasi sebagai penentuan (apakah berdasarkan opini, catatan, data subjek atau obyek) hasil (apakah baik atau tidak naik, sementara atau permanen, segera ataupun ditunda) yang diperoleh dengan beberapa kegiatan (suatu program, sebagian  dari program, dan sebagainya) yang dibuat untuk memperoleh suatu tujuan tentang nilai atau permormant.desain penelitian evaluatif harus selalu mengenai perubahan yang terjadi menurut waktu.
·             Desain Penelitian dengan Data Primer/Sekunder
         Sebagaian dari tujuan desain penelitian adalah untuk memperoleh data yang relevan, dapat dipercaya, dan valid.
         Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya, dalam desain antara lain harus ada :
a)      Populasi sasaran
b)      Metode sampling
c)      Besar sampling
d)     Prosedur pengumpulan data
e)      Cara-cara menganalisis data setelah terkumpul
f)       Perlu tidaknya statistik
g)      Cara mengambil penelitian
        Desain menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan. Desain selalu berhubungan erat dengan tujuan. Dengan tujuan yang jelas dapat pula disusun suatu desain yang menentukan batas-batas penelitian yang tegas, sehingga perhatian dan usahanya ke arah tujuan yang nyata secara lebih efektif.
         Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan juga memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapi yang mungkin juga telah dihadapi oleh para peneliti lain.
Bentuk-bentuk desain penelitian :
i.        Desain Survey :Suatu penelitian survey atau survey bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Survey dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, maupuan eksperimental
ii.      Desain Case Study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk msnusia di dalamnya.
iii.    Desain Eksperimen
Kesimpulan dari Desain Penelitian yaitu mempunyai kegunaan :
·         Memberi pegangan tentang cara pelaksanaan penelitian.
·         Menentukan batas-batas peneltitian.
·         Memberi gambaran tentang apa yang akan dilakukan serta kesulitan yang akan dihadapi.
Metode Penelitian
         Metode penelitian dikelompokan sesuai dengan tujuan pengelompokannya. Natsir (1988) mengelompokannya menjadi lima kelompok, yaitu:
a). Metode sejarah
         Penelitian dengan menggunakan metode sejarah merupakan penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan-perkembangan serta pengalaman dimasa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dan sumber sejarah serta interupsi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
b). Metode deskriptif
         Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dan suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun tujuan dari penelitian deskrpitif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan antara fenomena yang diteliti.
c). Metode Eksperimental
         Eksperimental adalah suatu observasi dibawah kondisi buatan, dimana kondisi tersebut sengaja dibuat dan diatur oleh peneliti. Dengan demikian penelitian eksperimental ialah penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol.
d). Metode Grounded Research
         Grounded Research adalah suatu metode penelitian yang didasarkan kepada fakta dan menggunakan analisa perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan teori serta analisa data yang berjalan pada saat bersamaan.
e). Metode Penelitian Tindakan
         Metode penelitian tindakan ialah suatu penelitian yang berkembang bersama-sama antara peneliti dan pengambil keputusan tentang variabel-variabel yang dimanipulasi dan dapat segera digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan. Peneliti dan pengambil keputusan bersama-sama menentukan masalah, membuat desain serta melakukan program-programnya.
Metode Penelitian akan memberi gambaran atas
1.      Bagaimana suatu Riset akan dilaksanakan; atau Bagaimana melanjutkan suatu riset yang pernah ada.
2.      Pertanyaan dan tujuan/objektif
3.      Teknik atau instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
4.      Jenis data yang akan dikumpulkan
5.      Bagaimana cara yang akan digunakan peneliti untuk menganalisa data
6.      Kesimpulan yang dapat diperoleh
            Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
            Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Permasalahan yang besar biasanya dibagi menjadi beberapa sub-masalah. Substansi permsalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.
2. Perumusan masalah
            Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian. Permasalahan yang masih samar-samar dan diragukan mulai dipertegas dalam bentuk perumusan yang fungsional. Verbalisasi gagasan-gagasan dapat dirumuskan agar orang lain dapat memahaminya. Pandangan-pandangan teori diuraikan secara jelas, sehingga mudah diteliti dan dapat dijadikan titik tolak penelitian. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
3. Penelusuran pustaka
            Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Rancangan penelitian
            Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5. Pengumpulan data
            Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Pengolahan data
            Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Penyimpulan hasil
            Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.